Selasa, 27 Desember 2011

TAHLILAN -Kupas Tuntas-


Muqadimah
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (Q.S al-Baqarah : 79)
Kata “ وَيْلٌ “ itu menurut Imam Sibawaih ditujukan bagi orang yang terjungkal ke dalam jurang kebinasaan, sedangkan kata وَيْحٌ dimaksudkan kepada orang yang masih berada pada tepi jurang.
Asbabun-nuzul ayat tersebut berkaitan dengan beberapa orang Yahudi yang menulis sebuah kitab berdasarkan pemikiran mereka sendiri, lalu mereka menjualnya kepada masyarakat arab dengan mengatakan bahwa kitab ini berasal dari Allah. Dan merekapun menjualnya dengan harga sangat murah sekali.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ كَيْفَ تَسْأَلُونَ أَهْلَ الْكِتَابِ وَكِتَابُكُمْ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْدَثُ الْأَخْبَارِ بِاللَّهِ تَقْرَءُونَهُ لَمْ يُشَبْ وَقَدْ حَدَّثَكُمْ اللَّهُ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ بَدَّلُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ وَغَيَّرُوا بِأَيْدِيهِمْ الْكِتَابَ فَقَالُوا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أَفَلَا يَنْهَاكُمْ مَا جَاءَكُمْ مِنْ الْعِلْمِ عَنْ مُسَاءَلَتِهِمْ وَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا مِنْهُمْ رَجُلًا قَطُّ يَسْأَلُكُمْ عَنْ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَيْكُمْ
Az-Zuhri menceritakan, ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah memberitahukan, dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan, Wahai kaum muslimin, bagaimana mungkin kalian menanyakan sesuatu kepada Ahli kitab, sedangkan Kitab Allah diturunkan kepada Nabinya merupakan berita Allah yang paling aktual yang apabila kalian membacanya tidak membosankan. Dan Allah telah memberitahukan kepada kalian bahwa Ahlul kitab telah mengganti kitab Allah dan mengubahnya serta menulis kitab baru dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka mengatakan kitab itu berasal dari Allah dengan maksud agar mereka dapat menjualnya dengan harga yang murah. Bukankah ilmu yang sampai kepada kalian melarang untuk bertanya kepada mereka. Demi Allah kami tidak pernah melihat seorang pun dari mereka bertanya mengenai apa yang diturunkan kepada kalian. (HR Bukhari, Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal 115)
Ayat diatas berbicara Umum tentang orang-orang yang merubah ajaran Agama Allah, kemudian dia mengatakan, ini datangnya dari Allah. Seperti contoh pelaku Tahlilan mereka mengatakan Tahlilan itu ajaran Islam, padahal yang sebenarnya ajaran itu tidak ada di dalam Islam. maka celakalah mereka yang mengatakan Tahlilan tersebut berasal dari Islam, karena mereka telah mengubah ajaran yang di sampaikan oleh Muhammad saw.
Muhamad saw. sendiri sebagai utusan tidak berani mengubah apa yang diturunkan oleh Allah swt.
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْءَانٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah al-Quran yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)." (Q.S Yunus : 15)
Hal-hal yang berkaitan dengan Tahlilan :
3 Masalah di dalam Tahlilan :
1.   Doa Untuk si Mayit
2.   Over Pahala untuk si mayit
3.   Perjamuan Makanan dalam Tahlilan
1.      Tentang doa :
Setiap orang muslim dianjurkan mendoakan orang yang mati dengan lafadz doa yang banyak diajarkan oleh Nabi saw, diantaranya :
حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ الْفَزَارِيُّ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ
Ketika Nabi saw menemui Ummu Salamah rh, sepeninggal Abu Salamah, beliau berdoa, Ya Allah berikanlah Ampunan kepada Abu Salamah dan tinggikan serajatnya dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk dan berikanlah ia pengganti bagi keluarga yang ditinggalkannya serta berikanlah ampunan kepada kami dan kepadanya, wahai Rabb sekalian alam, juga lapangkannlah kuburnya serta terangilah bagian dalamnya.  (HR Muslim)
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ عَنْ حَبِيبِ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ سَمِعَهُ يَقُولُ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ  
‘Auf bin Malik ra berkata, saya telah mendengar Nabi saw shalat jenazah dan ia mendoa, Ya Allah ampunilah ia, kasihanilah ia, maafkanlah ia, muliakanlah tempat persinggahannya, luaskanlah tempat masuknya. Dan cucilah ia dengan air, salju, dan embun, dan bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahannya sebagaimana dibersihkan pakaian putih dari noda, dan gantikanlah rumahnya dengan yang lebih baik dari rumah (dunia) nya, keluarganya, pasangannya lebih baik dari pasangan dunianya. Dan jagalah dari fitnah kuburnya serta siksa neraka. (H.R. Muslim)
Tetapi kalau menentukan tempatnya, atau menentukan tata caranya, maka hal ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan tidak ada keterangan dalil yang mengatakan bahwa Nabi atau Para shahabat melakukan “doa bersama” di rumah si mayit untuk mendoakannya.
2.    Over Pahala
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Rasulullah saw bersabda, “Jika mati seorang manusia, putus segala amalnya, kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermafaat, dan anak shaleh yang mendoakannya. (HR Muslim)
Berdasarkan hadits di atas maka tidak ada yang disebut “Over Pahala” orang yang hidup kepada si mayit.
3.    Jamuan Makan
Ada sebagian orang memperbolehkan melakukan jamuan makan, dalam Tahlilan itu berdasarkan hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ أَخْبَرَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ أَخْبَرَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةٍ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْقَبْرِ يُوصِي الْحَافِرَ أَوْسِعْ مِنْ قِبَلِ رِجْلَيْهِ أَوْسِعْ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ فَلَمَّا رَجَعَ اسْتَقْبَلَهُ دَاعِي امْرَأَةٍ فَجَاءَ وَجِيءَ بِالطَّعَامِ فَوَضَعَ يَدَهُ ثُمَّ وَضَعَ الْقَوْمُ فَأَكَلُوا فَنَظَرَ آبَاؤُنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلُوكُ لُقْمَةً فِي فَمِهِ
“Kami bersama-sama Rasulullah saw keluar menuju pemakaman jenazah, kemudian aku melihat Rasulullah saw dan ia lagi berdiri di dekat kuburan dan memerintahkan kepada penggali kubur untuk meluaskan bagian kedua kakinya dan juga meluaskan bagian kepalanya, sewaktu hendak pulang datanglah seorang wanita mengundang untuk singgah, kemudian beliau mendatanginya, kemudian wanita itu menyediakan makanan, kemudian Rasulullah menerima makanan tersebut dan kemudian memanggil kaumnya (para shahabat) dan kemudian mereka memakan hidangan tersebut, kemudian kami melihat Rasulullah mengunyah sesuap untuk mencicipinya.(HR Abu Daud)
Jalannya Sanad
رَسُولُ اللَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ

أَبِيهِ (كليب بن شهاب)

عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ

ابْنُ إِدْرِيسَ

مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ

ابو داود


Nama Pentaqdil
مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ
ابْنُ إِدْرِيسَ
عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ
أَبِيهِ (كليب بن شهاب)
رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ
Abu Hatim
صدوق




An-Nasai
ثقة




Yahya bin Main

ثقة



Ali Bin Al-Madani

ثقة



Ahmad bin Hambal


ليس به بأس


Yahya bin Main


ثقة


Abu Zur'ah Ar-Razi



ثقة

Muhammad bin Said



ثقة






اسم مبهم

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Baihaqi, ad-Daruqutnie semuanya melalui seorang perawi yaitu ‘Asim bin Kulaib, jatuh pada derajat Dhoif dikarenakan dua hal :
1.  Dari segi sanad, ada disandarkan kepada seseorang yang tidak dikenal namanya, yaitu رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَار
siapa Rajulun tersebut, apakah ia itu shahabat atau ia itu termasuk kaum Munafikin (seperti kasus masjid Dirar), kalau dikatakan رَجُلٌ مِنَ الصَّحَابَةِ laki-laki dari shahabat maka hadits tadi dapat kita terima karena semua rawi pendukung lainnya adalah rawi yang Tsiqoh.
2.  Dari segi Matan hadits tersebut juga ada Ke-Mubham-an yaitu terlihat dalam kalimat امْرَأَةٍ ini menunjukkan ketidak jelasannya, apakah wanita tadi adalah Ahlil mayit ataukan orang lain. Sehingga wajar kalau dia itu orang lain rasul datang memenuhi undangannya.
Di dalam ajaran Islam keluarga yang ditinggal dikirimi makanan bukan malah membuat makanan :
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ أَوْ أَمْرٌ يَشْغَلُهُمْ
Ketika datang seorang pembawa berita kematian Ja'far saat dia terbunuh, Nabi saw berkata, buatkanlah makanan untuk keluarga ja'far, karena mereka telah kedatangan sesuatu yang sangat menyibukkan mereka atau mereka telah didatangi sesuatu yang membuat mereka sibuk.” (HR Ibnu Majah)
Jamuan Makan Menurut Perspektif Ulama NU, di kutip dari Majalah, Al-Mawa'idz, Pangrodjong Nahdlatoel 'Oelama Tasik Malaya, 1933)
Tjindekna ngadamel rioengan di noe kapapatenan teh, ngalanggar tiloe perkara :
1.   Ngaberatkeun ka Ahli majit, enja ari teu menta tea mah, orokaja da ari geus djadi adat mah sok era oepama henteu teh. Geura oepama henteu sarerea mah?
2.   ngariweuhkeun ka ahli majit, keur mah loba kasoesah koe katinggal maot oge, hajoh ditambahan.
3.   Njoelajaan hadits, koe hadits mah ahli majit noe koedoe dibere koe oerang, ieu mah hajoh oerang noe dibere koe ahli majit
Tahlilan adalah warisan Agama TUH dan YANG
Didalam buku "Parasit Aqidah" susunan A.D. EL Marzdedeq dijelaskan bahwa agama TUH dan agama YANG itu muncul pada Tahun 5000 sebelum Masehi. Dan di dalam kepercayaannya ada tradisi MEMPERINGATI ORANG MATI, yaitu peringatan satu hari kematian, tiga hari kematian, tujuh hari kematian, sembilan hari kematian, lima belas hari kematian, empat puluh hari kematian, seratus hari kematian, setahun kematian, tiga tahun kematian.
Hukum Meniru orang Kafir
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (Q.S al-Maidah : 51)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ الصَّنْعَانِيُّ مِنْ الْيَمَنِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Kalian akan mengikuti jejak, jejak umat-umat sebelum kalian, setapak demi setapak, sejengkal demi sejengkal, sampai jika mereka itu masuk ke dalam lubang biawak maka kalian akan mengikutinya, kemudian kami bertanya, Ya Rasulullah apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda, Siapa lagi.” (HR Bukhari)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
Rasulullah saw bersabda, Berbedalah dengan orang Musyrik, panjangkan jenggot, dan cukurlah kumis.” (HR Bukhari)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ يَعْنِي الْوَاسِطِيَّ أَخْبَرَنَا ابْنُ ثَوْبَانَ عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Aku diutus menjelang kiamat dengan membawa pedang sehingga hanya Allah yang ibadahi yang tiada sekutu baginya, rezekiku dijadikan di bawah bayang-bayang tombakku. Kehinaan dan kerendahan ditimpakan kepada orang orang yang menyalahi perintahku, dan barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR Ahmad)
Kata at-Tasyabbuhu التشبه secara bahasa diambil dari kata “al-Musyabahah” الْمُشَابَهَةُ yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti.
Hadits tersebut mengandung larangan keras sekaligus ancaman terhadap menyerupai orang kafir, baik dalam ucapan, perbuatan, pakaian, perayaan hari-hari besar, dan ibadah mereka, maupaun hal lainnya yang sama sekali tidak pernah disyari’atkan dan tidak kita akui keberadaannya.
Kesimpulan :
1.  Tahlilan bukan berasal dari Islam, memasukkan ke dalam ritual Islam berarti membuat ajaran baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
2.  Mereka yang melakukan ritual Tahlilan mereka dijerat dengan dua kesalahan, pertama berbuat Bid'ah (mengada-ada dalam agama) yang di ancam Neraka, yang kedua Tasyabbuh bil Kuffar yang dihukumi seperti orang Kuffar.

Allaahu a'lam bish-Shawab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar