Muqadimah
فَوَيْلٌ
لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا
كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi
orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi
mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan
besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (Q.S al-Baqarah : 79)
Kata “ وَيْلٌ “ itu menurut Imam Sibawaih ditujukan bagi orang yang
terjungkal ke dalam jurang kebinasaan, sedangkan kata وَيْحٌ dimaksudkan kepada orang yang masih berada pada tepi
jurang.
Asbabun-nuzul ayat tersebut berkaitan dengan beberapa
orang Yahudi yang menulis sebuah kitab berdasarkan pemikiran mereka sendiri,
lalu mereka menjualnya kepada masyarakat arab dengan mengatakan bahwa kitab ini
berasal dari Allah. Dan merekapun menjualnya dengan harga sangat
murah sekali.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ كَيْفَ
تَسْأَلُونَ أَهْلَ الْكِتَابِ وَكِتَابُكُمْ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى نَبِيِّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْدَثُ الْأَخْبَارِ بِاللَّهِ تَقْرَءُونَهُ
لَمْ يُشَبْ وَقَدْ حَدَّثَكُمْ اللَّهُ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ بَدَّلُوا مَا
كَتَبَ اللَّهُ وَغَيَّرُوا بِأَيْدِيهِمْ الْكِتَابَ فَقَالُوا هُوَ مِنْ عِنْدِ
اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أَفَلَا يَنْهَاكُمْ مَا جَاءَكُمْ
مِنْ الْعِلْمِ عَنْ مُسَاءَلَتِهِمْ وَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا مِنْهُمْ
رَجُلًا قَطُّ يَسْأَلُكُمْ عَنْ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَيْكُمْ
“Az-Zuhri menceritakan, ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah memberitahukan, dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan, Wahai kaum
muslimin, bagaimana mungkin kalian menanyakan sesuatu kepada Ahli kitab,
sedangkan Kitab Allah diturunkan kepada Nabinya merupakan berita Allah yang
paling aktual
yang apabila kalian membacanya tidak membosankan. Dan Allah telah
memberitahukan kepada kalian bahwa Ahlul kitab telah mengganti kitab Allah dan
mengubahnya serta menulis kitab baru dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka
mengatakan kitab itu berasal dari Allah dengan maksud agar mereka dapat
menjualnya dengan harga yang murah. Bukankah
ilmu yang sampai kepada kalian melarang untuk bertanya kepada mereka. Demi
Allah kami tidak pernah melihat seorang pun dari mereka bertanya mengenai apa
yang diturunkan kepada kalian.” (HR Bukhari, Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal 115)
Ayat diatas berbicara Umum tentang orang-orang yang merubah ajaran Agama Allah, kemudian dia
mengatakan, ini datangnya dari Allah. Seperti contoh pelaku Tahlilan mereka
mengatakan Tahlilan itu ajaran Islam, padahal yang sebenarnya ajaran itu tidak ada di dalam Islam. maka celakalah mereka yang mengatakan
Tahlilan tersebut berasal dari Islam, karena mereka telah mengubah ajaran yang di sampaikan oleh Muhammad saw.
Muhamad
saw. sendiri sebagai utusan tidak berani mengubah apa yang diturunkan oleh
Allah swt.
وَإِذَا
تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ
لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْءَانٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي
أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى
إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan
Kami berkata: "Datangkanlah al-Quran yang lain dari ini atau gantilah
dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak
diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar
(kiamat)." (Q.S
Yunus : 15)
Hal-hal
yang berkaitan dengan Tahlilan :
3 Masalah di dalam Tahlilan :
1. Doa
Untuk si Mayit
2. Over
Pahala untuk si mayit
3. Perjamuan
Makanan dalam Tahlilan
1.
Tentang doa :
Setiap orang muslim dianjurkan mendoakan orang yang mati
dengan lafadz doa yang banyak diajarkan oleh Nabi saw, diantaranya :
حَدَّثَنِي
زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو
إِسْحَقَ الْفَزَارِيُّ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ
قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ
فَأَغْمَضَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ فَضَجَّ
نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ فَقَالَ لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ
فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ وَاخْلُفْهُ
فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ
وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ
“Ketika
Nabi saw menemui Ummu Salamah rh, sepeninggal Abu Salamah, beliau berdoa, Ya
Allah berikanlah Ampunan kepada Abu Salamah dan tinggikan serajatnya dalam
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk dan berikanlah ia pengganti bagi
keluarga yang ditinggalkannya serta berikanlah ampunan kepada kami dan
kepadanya, wahai Rabb sekalian alam, juga lapangkannlah kuburnya serta
terangilah bagian dalamnya.” (HR Muslim)
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ
سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ
عَنْ حَبِيبِ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ سَمِعَهُ يَقُولُ
سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ
مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ
الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا
مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ
مِنْ عَذَابِ النَّارِ
‘Auf bin Malik ra berkata,
saya telah mendengar Nabi saw shalat
jenazah dan ia mendoa, Ya Allah ampunilah ia, kasihanilah ia, maafkanlah ia,
muliakanlah tempat persinggahannya, luaskanlah tempat masuknya. Dan cucilah ia
dengan air, salju, dan embun, dan bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahannya
sebagaimana dibersihkan pakaian putih dari noda, dan gantikanlah rumahnya
dengan yang lebih baik dari rumah (dunia) nya, keluarganya, pasangannya lebih
baik dari pasangan dunianya. Dan jagalah dari fitnah kuburnya serta siksa
neraka. (H.R. Muslim)
Tetapi kalau menentukan tempatnya, atau menentukan tata
caranya, maka hal ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan tidak ada keterangan
dalil yang mengatakan bahwa Nabi atau Para shahabat melakukan “doa bersama”
di rumah si mayit untuk mendoakannya.
2.
Over Pahala
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ
وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا
إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Rasulullah saw bersabda, “Jika mati seorang manusia, putus segala
amalnya, kecuali tiga perkara, shadaqah
jariyah, ilmu yang bermafaat, dan anak shaleh
yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Berdasarkan hadits di atas
maka tidak ada yang disebut “Over Pahala” orang yang hidup kepada si mayit.
3. Jamuan Makan
Ada sebagian orang memperbolehkan melakukan jamuan
makan, dalam Tahlilan itu berdasarkan hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْعَلَاءِ أَخْبَرَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ أَخْبَرَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جَنَازَةٍ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْقَبْرِ يُوصِي الْحَافِرَ أَوْسِعْ
مِنْ قِبَلِ رِجْلَيْهِ أَوْسِعْ مِنْ قِبَلِ رَأْسِهِ فَلَمَّا رَجَعَ
اسْتَقْبَلَهُ دَاعِي امْرَأَةٍ فَجَاءَ وَجِيءَ بِالطَّعَامِ فَوَضَعَ يَدَهُ
ثُمَّ وَضَعَ الْقَوْمُ فَأَكَلُوا فَنَظَرَ آبَاؤُنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلُوكُ لُقْمَةً فِي فَمِهِ
“Kami bersama-sama Rasulullah saw keluar menuju pemakaman
jenazah, kemudian aku melihat Rasulullah saw dan ia lagi berdiri di dekat
kuburan dan memerintahkan kepada penggali kubur untuk meluaskan bagian kedua
kakinya dan juga meluaskan bagian kepalanya, sewaktu hendak pulang datanglah
seorang wanita mengundang untuk singgah, kemudian beliau mendatanginya,
kemudian wanita itu menyediakan makanan, kemudian Rasulullah menerima makanan
tersebut dan kemudian memanggil kaumnya (para shahabat) dan kemudian mereka
memakan hidangan tersebut, kemudian kami melihat Rasulullah mengunyah sesuap
untuk mencicipinya.” (HR Abu Daud)
Jalannya Sanad
رَسُولُ
اللَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
رَجُلٍ
مِنْ الْأَنْصَارِ
أَبِيهِ (كليب بن شهاب)
عَاصِمُ
بْنُ كُلَيْبٍ
ابْنُ
إِدْرِيسَ
مُحَمَّدُ
بْنُ الْعَلَاءِ
ابو داود
Nama Pentaqdil
|
مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ
|
ابْنُ إِدْرِيسَ
|
عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ
|
أَبِيهِ (كليب بن شهاب)
|
رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ
|
Abu Hatim
|
صدوق
|
||||
An-Nasai
|
ثقة
|
||||
Yahya bin Ma’in
|
ثقة
|
||||
Ali Bin Al-Madani
|
ثقة
|
||||
Ahmad bin Hambal
|
ليس به بأس
|
||||
Yahya bin Main
|
ثقة
|
||||
Abu Zur'ah Ar-Razi
|
ثقة
|
||||
Muhammad bin Said
|
ثقة
|
||||
اسم مبهم
|
Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, al-Baihaqi,
ad-Daruqutnie semuanya melalui seorang perawi yaitu ‘Asim bin Kulaib,
jatuh pada derajat Dhoif dikarenakan dua hal :
1. Dari segi
sanad, ada disandarkan kepada seseorang yang tidak dikenal namanya, yaitu رَجُلٍ مِنْ
الْأَنْصَار
siapa
Rajulun tersebut, apakah ia itu shahabat atau ia itu termasuk kaum Munafikin
(seperti kasus masjid Dirar), kalau dikatakan رَجُلٌ مِنَ
الصَّحَابَةِ laki-laki dari shahabat maka hadits tadi dapat kita terima karena
semua rawi pendukung lainnya adalah rawi yang Tsiqoh.
2. Dari segi Matan hadits tersebut juga ada Ke-Mubham-an
yaitu terlihat dalam kalimat امْرَأَةٍ ini menunjukkan ketidak jelasannya,
apakah wanita tadi adalah Ahlil mayit ataukan orang lain. Sehingga
wajar kalau dia itu orang lain rasul datang memenuhi undangannya.
Di dalam
ajaran Islam keluarga yang ditinggal dikirimi makanan bukan malah membuat
makanan :
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ
وَمُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ
جَعْفَرِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ
لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ
أَوْ أَمْرٌ يَشْغَلُهُمْ
“Ketika
datang seorang pembawa berita kematian Ja'far saat dia terbunuh, Nabi saw
berkata, buatkanlah makanan untuk keluarga ja'far, karena mereka telah
kedatangan sesuatu yang sangat menyibukkan mereka atau mereka telah didatangi
sesuatu yang membuat mereka sibuk.” (HR Ibnu Majah)
Jamuan Makan Menurut Perspektif Ulama NU, di kutip dari
Majalah, Al-Mawa'idz, Pangrodjong Nahdlatoel 'Oelama Tasik Malaya, 1933)
Tjindekna ngadamel
rioengan di noe kapapatenan teh, ngalanggar tiloe perkara :
1. Ngaberatkeun ka Ahli
majit, enja ari teu menta tea mah, orokaja da ari geus djadi adat mah sok era
oepama henteu teh. Geura oepama henteu sarerea mah?
2. ngariweuhkeun ka ahli majit, keur mah loba kasoesah koe
katinggal maot oge, hajoh ditambahan.
3. Njoelajaan hadits, koe hadits mah ahli majit noe koedoe
dibere koe oerang, ieu mah hajoh oerang noe dibere koe ahli majit
Tahlilan adalah warisan Agama TUH dan YANG
Didalam buku "Parasit
Aqidah" susunan A.D. EL Marzdedeq dijelaskan bahwa agama TUH
dan agama YANG itu muncul pada Tahun 5000 sebelum Masehi. Dan
di dalam kepercayaannya ada tradisi MEMPERINGATI ORANG MATI, yaitu peringatan
satu hari kematian, tiga hari kematian, tujuh hari kematian, sembilan hari
kematian, lima belas hari kematian, empat puluh hari kematian, seratus hari
kematian, setahun kematian, tiga tahun kematian.
Hukum Meniru orang Kafir
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ
أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ
اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu);
sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zhalim.” (Q.S al-Maidah : 51)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ الصَّنْعَانِيُّ مِنْ
الْيَمَنِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ
حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Kalian akan mengikuti jejak, jejak umat-umat sebelum
kalian, setapak demi setapak, sejengkal demi sejengkal, sampai jika mereka itu masuk
ke dalam lubang biawak maka kalian akan mengikutinya, kemudian kami bertanya,
Ya Rasulullah apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda, Siapa lagi.” (HR
Bukhari)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا عُمَرُ
بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا
اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ
Rasulullah saw bersabda, “Berbedalah dengan orang Musyrik, panjangkan
jenggot, dan cukurlah kumis.” (HR Bukhari)
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ يَعْنِي الْوَاسِطِيَّ أَخْبَرَنَا ابْنُ ثَوْبَانَ عَنْ
حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي مُنِيبٍ الْجُرَشِيِّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ
حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي
وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Aku diutus menjelang kiamat dengan
membawa pedang sehingga hanya Allah yang ibadahi yang tiada sekutu baginya,
rezekiku dijadikan di bawah bayang-bayang
tombakku. Kehinaan dan kerendahan ditimpakan kepada orang orang yang menyalahi
perintahku, dan barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk
golongan mereka.” (HR
Ahmad)
Kata at-Tasyabbuhu التشبه secara bahasa diambil dari kata “al-Musyabahah” الْمُشَابَهَةُ
yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan
mengikuti.
Hadits tersebut
mengandung larangan keras sekaligus ancaman terhadap menyerupai orang kafir,
baik dalam ucapan, perbuatan, pakaian, perayaan hari-hari besar, dan ibadah
mereka, maupaun hal lainnya yang sama sekali tidak pernah disyari’atkan dan
tidak kita akui keberadaannya.
Kesimpulan
:
1. Tahlilan bukan berasal dari Islam, memasukkan ke dalam ritual Islam berarti
membuat ajaran baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
2. Mereka yang melakukan ritual Tahlilan mereka
dijerat dengan dua kesalahan, pertama berbuat Bid'ah (mengada-ada dalam agama) yang
di ancam Neraka, yang kedua Tasyabbuh bil Kuffar yang dihukumi seperti orang
Kuffar.
Allaahu a'lam bish-Shawab..
Allaahu a'lam bish-Shawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar