Senin, 02 Januari 2012

ADZAN PADA TELINGA ANAK BARU LAHIR


Hadits ke 1 :
حَدَّثَنَا يَحْيَى وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنَيْ الْحَسَنِ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ
Dari Abu Rafi' ia berkata, “Saya pernah melihat Rasulullah saw membacakan azan ditelinga Husain tatkala dilahirkan oleh Fatimah.” (H.R Ahmad, at-Tirmidzi, dan Abu Daud)
Semua hadits diatas diriwayatkan melalui satu jalur perawi yaitu, ‘Ashim bin ‘Ubaidillah bin ‘Ashim bin ‘Umar bin Khathab.
Kelemahan Hadits :
1.  Imam Bukhari berkomentar : منكر الحديث riwayatnya itu Munkar. (Nailul Authar V : 155)
Imam Bukhari berkata, “Setiap yang kami nyatakan Munkarul hadits, maka ia tidak dapat dijadikan hujjah.” Dalam ungkapan lain beliau menyatakan, “Tidak halal meriwayatkannya”. (Fathu al-Mughits I : 346)
2.  Imam AD-Daruquthni berkomentar : مدين يبرك وهو مغفل  Riwayatnya Tidak bisa diterima, karena ia lalai.
3.  Imam Abu Hatim Muhammad bin Hibban al-Busti berkomentar :  منكر الحديث Riwayatnya itu Munkar
4.  Imam Malik berkomentar : Dia tercela/cacat
5. Imam Yahya bin Main berkomentar : Ia itu lemah serta tidak dapat dijadikan hujjah jg telah diperbincangkan oleh yang lain
(Tuhfatul Ahwadzi V : 107)

Hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam al-Kabir
Kelemahan Hadits :
Dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Hammad bin Syu’aib dan dia Dha’if sekali. (Majma’u al-Zawaid IV : 60)
Ibnu Khuzaimah berkata, “Saya tidak berhujjah dengannya karena jelek hafalannya”, demikian diriwayatkan dalam Mizaanul I’tidal. (Tuhfatu al-Ahwadzi V : 108).
Hadits ke 2 :
أخبرنا أبو محمد بن فراس بمكة أنا أبو حفص الجمحي نا علي بن عبدالعزيز نا عمرو بن عون أنا يحيى بن العلاء الرازي عن مروان بن سالم عن طلحة بن عبدالله إذنه عن الحسين بن علي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من ولد له مولود فأذن في أذنه اليمنى وأقام في أذنه اليسرى رفعت عنه أم الصبيات          (Syu’abul Iman, Juz 6 hal 390)
عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَليِّ بْنِ اَبِي طَالِبِ : قال : قال صلى الله عليه وسلم مَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُوْدٌ فَأَذَّنَ فِيْ أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَاَقَامَ فِى الْيُسْرَى لَمْ تَضُرَّهُ اُمُّ الصِّبْيَانُ
Dari Husain bin Ali bin Abi Thalib, ia berkata, Nabi saw pernah bersabda, “Barangsiapa yang mempunyai anak yang baru dilahirkan, kemudian dibacakan adzan pada telinganya yang kanan, dan iqamah pada yang kiri, tidak bisa diganggu oleh Ummus-Shibyan.” (H.R. Abu Ya'la)
Kelemahan Hadits :
Dalam sanadnya ada rawi yang bernama Marwan bn Salim al-Ghifari, dia itu Matruk (ditinggalkan). (Majma’u al-Zawaid)
1. Menurutku (pengarang Tuhfatul al-Ahwadzi) Imam Nawawi telah mengatakan dalam Syarah Jami’u al-Shaghir, sanad hadits itu Dha’if. (Tuhfatul al-Ahwadzi 5 : 108)
2. Menurut al-hafidz dalam al-Talkhis, hadits ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz yang berbunyi “Sesungguhnya ia apabila mempunyai anak yang baru dilahirkan, ia beradzan ditelinga kanan dan qamat di telinga kirinya.” Hadits tersebut Tidak bersanad. (Tuhfatu al-Ahwadzi V : 108)
Di Syari’atkan Adzan
Adzan ialah pemberitahuan masuknya waktu shalat dengan lafazh yang telah ditentukan agama.
Hadits dari Malik bin Huwairits : “Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda,”Apabila datang waktu shalat, hendaklah salah seorang diantara kamu adzan, dan hendaklah yang paling tua diantara kamu menjadi imam.” (H.R Bukhari Muslim)
Kesimpulan
1. Adzan itu hanya disyari’atkan untuk shalat, itupun hanya untuk shalat fardhu saja.
2. Hadits-hadits yang menganjurkan bahkan mengatakan sunnah adzan karena kelahiran bayi tidak ada yang shahih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar